Banyak dari kaum Kristen yg beranggapan bahwa Wahyu datangnya bukan melalui mimpi.
Pernyataan mereka sebenarnya menunjukkan bahwa mereka tdk pernah membaca kitab Injil. Seperti debat di Facebook
Mereka hanya di doktrin oleh pendeta bahwa Wahyu datangnya secara langsung spt kejadian kisah nabi Musa yg mendapat Wahyu di bukit Sinai / Tursinai berdialog langsung dengan Allah.
Ayat-ayat injil yg mengatakan Wahyu datangnya secara mimpi di antaranya sbb :
1 - Bilangan 12:6
Lalu berfirmanlah Ia: "Dengarlah firman-Ku ini. Jika di antara kamu ada seorang nabi, maka Aku, TUHAN menyatakan diri-Ku kepadanya dalam penglihatan, Aku berbicara dengan dia dalam mimpi.
Yakubpun dapat firman lewat mimpi.
2 - Kejadian 31:11
Dan Malaikat Allah berfirman kepadaku dalam mimpi itu: Yakub! Jawabku: Ya Tuhan!
Solomopun dapat firman lewat mimpi
3 - Raja-raja 1. 3:5
Di Gibeon itu TUHAN menampakkan diri kepada Salomo dalam mimpi pada waktu malam. Berfirmanlah Allah: "Mintalah apa yang hendak Kuberikan kepadamu."
Setiap yg datang melalui mimpi harus di buktikan dulu sebelum menyatakan bahwa yg datang itu benar-benar Firman Allah.
Alat untuk mengukur keaslian itu FIRMAN ALLAH apa bukan di sebut Syahadat.
Yesus pun menyuruh umatnya untuk bersaksi / Syahadat sbgmn tertulis di Yoh 15:27 "....
Setiap nabi kalimat syahadat nya berbeda-beda, dan Yesus pun mengajarkan kalimat syahadat spt tertulis di Yoh 17:3 " ....
"Mengenal Konsep Syahadat"
Syahadat bukanlah sekedar kesaksian,tetapi juga persaksian. Syahadat bukan pula semacam silat lidah yg selesai begitu saja setelah diucapkan,melainkan segenap persaksian yg tidak bisa tidak,melibatkan pendengaran dan penglihatan sebagai penyaksi;mengerahkan jiwa dan raga;mempertaruhkan dan menyerahkan hidup dan mati,kepada yg dipersaksikan : Allah Swt dan Muhammad Saw.
Syahadat bukan pula kutipan belaka,yg diambil dari firman Allah Swt ataupun perkataan Rasulullah Saw. Setiap kata dari kalimat "Asyahdu an-laa ilaaha illa 'llaah wa asyhadu anna Muhammadan 'rasuulu 'llaah : Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan Aku bersaksi Muhammad adalah utusan Allah," adalah kata terpilih dari redaksional langitan yg baku dan tanpa murad.
Kata "aku" dlm syahadat meneguhkan bahwa sang aku adalah aku,dan hanya aku,tidak ada aku selain aku sendiri,dan aku-ku bukan aku-mu. Aku bukanlah subyek yg majemuk. Ia adalah subyek tunggal yg manunggal dgn dirinya sendiri. Ia tiada banding,tiada tanding,pun tiada sanding,dgn hal2 di luar dirinya. Aku tidak memiliki kata ganti dlm teks,pun tak mempunyai pengganti dlm konteks. Aku adalah Aku,tidak memiliki wakil,sebagaimana zat,sifat,asma serta af'al-ku (perbuatanku) tidak dpt diwakilkan. Utusan pun berbeda dari perwakilan,utusan hanya dan hanya melaksanakan segala hal yg diperintahkan oleh pengutusnya,sedangkan perwakilan bertindak atas nama yg diwakilinya. Segala hal yg mengatasnamakan Aku,tidak pernah benar2 merupakan Aku,tak pula menjadikannya Aku,selain hanya cerminan dari Ada-Ku. Tidak ada dua Aku, Aku satu..satu2nya satu.
Dalam konteks sang aku bersaksi, ia berangkat sendiri menuju persaksiannya scr benar2 sadar,tanpa paksaan dari pihak dilur dirinya. Laa ikraaha fi 'ddiini : tidak ada paksaan dlm ad-din (agama), Sang aku jg bersyahadat bukan untuk tujuan tertentu selain demi mengukuhkan bahwa inilah "syahadat terusan", setelah di waktu "alastu" ia menyampaikan syahadat awal, Alastu birabbikum,,,Qaaluu balaa syahidna.
Kelak, setelah sang aku mengalami kasyaf (penyingkapan) dan menerima tajalli (pelimpahan), dan disebabkan oleh keadaan itu maka kesadaran sangkan paraning dumadi atau asal muasal kejadian telah kembali padanya, ia ucapkan syahadat akhir (maaf tidak bisa saya tuliskan) 🙇🙏
Keberangkatan sang aku yg sendiri memasuki ad-din menegaskan ketunggalan setiap diri. Ia, siapa pun ia, terlahir ke dunia yg fana ini seorang diri. Keluar dari mulut rahim ibunya tanpa teman,tanpa kerabat,tanpa pengantar,tanpa saudara sepersalinan. Saudara kembar pun tidak lahir dlm satu waktu. Demikian pula ketika ajal tiba, setiap diri mengalami kematiannya seorang diri,tanpa teman,tanpa kerabat,tanpa kerabat seperwafatan.
Tidak ada yg lebih karib terhadap sang aku selain dirinya sendiri. Sang aku membawa dirinya sendiri kemana-mana,kapan pun,bagaimana pun dan tak pernah terpisah walau sejenak,meski sejengkal,sejak ia diciptakan dan hingga kembali kepada Sang Pencipta.
Pernyataan mereka sebenarnya menunjukkan bahwa mereka tdk pernah membaca kitab Injil. Seperti debat di Facebook
Mereka hanya di doktrin oleh pendeta bahwa Wahyu datangnya secara langsung spt kejadian kisah nabi Musa yg mendapat Wahyu di bukit Sinai / Tursinai berdialog langsung dengan Allah.
Ayat-ayat injil yg mengatakan Wahyu datangnya secara mimpi di antaranya sbb :
1 - Bilangan 12:6
Lalu berfirmanlah Ia: "Dengarlah firman-Ku ini. Jika di antara kamu ada seorang nabi, maka Aku, TUHAN menyatakan diri-Ku kepadanya dalam penglihatan, Aku berbicara dengan dia dalam mimpi.
Yakubpun dapat firman lewat mimpi.
2 - Kejadian 31:11
Dan Malaikat Allah berfirman kepadaku dalam mimpi itu: Yakub! Jawabku: Ya Tuhan!
Solomopun dapat firman lewat mimpi
3 - Raja-raja 1. 3:5
Di Gibeon itu TUHAN menampakkan diri kepada Salomo dalam mimpi pada waktu malam. Berfirmanlah Allah: "Mintalah apa yang hendak Kuberikan kepadamu."
Setiap yg datang melalui mimpi harus di buktikan dulu sebelum menyatakan bahwa yg datang itu benar-benar Firman Allah.
Alat untuk mengukur keaslian itu FIRMAN ALLAH apa bukan di sebut Syahadat.
Yesus pun menyuruh umatnya untuk bersaksi / Syahadat sbgmn tertulis di Yoh 15:27 "....
Setiap nabi kalimat syahadat nya berbeda-beda, dan Yesus pun mengajarkan kalimat syahadat spt tertulis di Yoh 17:3 " ....
"Mengenal Konsep Syahadat"
Syahadat bukanlah sekedar kesaksian,tetapi juga persaksian. Syahadat bukan pula semacam silat lidah yg selesai begitu saja setelah diucapkan,melainkan segenap persaksian yg tidak bisa tidak,melibatkan pendengaran dan penglihatan sebagai penyaksi;mengerahkan jiwa dan raga;mempertaruhkan dan menyerahkan hidup dan mati,kepada yg dipersaksikan : Allah Swt dan Muhammad Saw.
Syahadat bukan pula kutipan belaka,yg diambil dari firman Allah Swt ataupun perkataan Rasulullah Saw. Setiap kata dari kalimat "Asyahdu an-laa ilaaha illa 'llaah wa asyhadu anna Muhammadan 'rasuulu 'llaah : Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan Aku bersaksi Muhammad adalah utusan Allah," adalah kata terpilih dari redaksional langitan yg baku dan tanpa murad.
Kata "aku" dlm syahadat meneguhkan bahwa sang aku adalah aku,dan hanya aku,tidak ada aku selain aku sendiri,dan aku-ku bukan aku-mu. Aku bukanlah subyek yg majemuk. Ia adalah subyek tunggal yg manunggal dgn dirinya sendiri. Ia tiada banding,tiada tanding,pun tiada sanding,dgn hal2 di luar dirinya. Aku tidak memiliki kata ganti dlm teks,pun tak mempunyai pengganti dlm konteks. Aku adalah Aku,tidak memiliki wakil,sebagaimana zat,sifat,asma serta af'al-ku (perbuatanku) tidak dpt diwakilkan. Utusan pun berbeda dari perwakilan,utusan hanya dan hanya melaksanakan segala hal yg diperintahkan oleh pengutusnya,sedangkan perwakilan bertindak atas nama yg diwakilinya. Segala hal yg mengatasnamakan Aku,tidak pernah benar2 merupakan Aku,tak pula menjadikannya Aku,selain hanya cerminan dari Ada-Ku. Tidak ada dua Aku, Aku satu..satu2nya satu.
Dalam konteks sang aku bersaksi, ia berangkat sendiri menuju persaksiannya scr benar2 sadar,tanpa paksaan dari pihak dilur dirinya. Laa ikraaha fi 'ddiini : tidak ada paksaan dlm ad-din (agama), Sang aku jg bersyahadat bukan untuk tujuan tertentu selain demi mengukuhkan bahwa inilah "syahadat terusan", setelah di waktu "alastu" ia menyampaikan syahadat awal, Alastu birabbikum,,,Qaaluu balaa syahidna.
Kelak, setelah sang aku mengalami kasyaf (penyingkapan) dan menerima tajalli (pelimpahan), dan disebabkan oleh keadaan itu maka kesadaran sangkan paraning dumadi atau asal muasal kejadian telah kembali padanya, ia ucapkan syahadat akhir (maaf tidak bisa saya tuliskan) 🙇🙏
Keberangkatan sang aku yg sendiri memasuki ad-din menegaskan ketunggalan setiap diri. Ia, siapa pun ia, terlahir ke dunia yg fana ini seorang diri. Keluar dari mulut rahim ibunya tanpa teman,tanpa kerabat,tanpa pengantar,tanpa saudara sepersalinan. Saudara kembar pun tidak lahir dlm satu waktu. Demikian pula ketika ajal tiba, setiap diri mengalami kematiannya seorang diri,tanpa teman,tanpa kerabat,tanpa kerabat seperwafatan.
Tidak ada yg lebih karib terhadap sang aku selain dirinya sendiri. Sang aku membawa dirinya sendiri kemana-mana,kapan pun,bagaimana pun dan tak pernah terpisah walau sejenak,meski sejengkal,sejak ia diciptakan dan hingga kembali kepada Sang Pencipta.
Komentar